Sabtu kemarin, aku melakukan
perjalanan ke Cirebon dengan menumpang kereta Argo Jati. Di dalam ular besi
yang berjalan menembus angin itu, terdengar sayup-sayup lagu Butiran Debu yang
dinyanyikan oleh Raissa. Aku pun hanyut dalam syair lagu yang sebenernya amat
cengeng itu. Tapi, nggak apa-apa kali ya sekali-kali cengeng.
Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi
Aku tenggelam dalam lautan luka dalam
Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang
Aku tanpamu butiran debu.
Kalimat diatas adalah penggalan syairnya. Perih menusuk-nusuk hatiku,
menebas keikhlasanku dan nyaris mengalirkan sungai di sudut mataku. Aku
berusaha mengembalikan kesadaran, memperkuat otak kanan biar nggak kelihatan
cengeng dimata ayah yang duduk disampingku. Untunglah aku nggak kelihatan lagi
nangis.
Syukurlah, nggak butuh waktu lama, kesadaranku udah balik. Aku jadi
mikir. Apa iya, tanpa ada kekasih dunia bakal kiamat, jadi butiran debu,
sementara orang yang kita tangisi itu nggak pernah nangisin kita? How stupid
we are!
“Emang salah, kalau patah hati?” Ya salah, dosa besar tuh. Makanya
kata Allah, jangan deket-deket zina. Ya ini efeknya. Jangan ya jangan, nggak
pake sedikit atau banyak. Tetep dosa, sebab efek ‘pembodohannya’ akan luar
biasa. Sulit tidur, sementara dia asik ngorok. Nggak bisa makan, sementara dia
makan-makan sama gebetan baru. Nggak bisa moveon, sementara dia udah
cari teman maksiat baru. Nah!
Segitu aja efeknya? Masih ada lagi. Kita mungkin juga ngrasa nggak
bermakna, ngarasa bukan siapa-siapa, atau ngrasa nggak berharga. Ngaku deh…
Bener kan? Padahal, kehadiran kita mungkin nggak berarti buat satu orang, tapi
di sekeliling kita, ratusan orang mencintai kita. Mereka nggak pernah nyakitin
kita dan kita pun bisa memberi arti buat mereka.
Kehadiran dan ketidakhadiran kita sangat berdampak bagi orang-orang
sekitar kita, minimal bagi orang tua kita yang udah mulai menua. Ini perlu kita
sadari. Lagi pula, banyak orang yang nunggu kita jadi ‘orang’. Jadi perempuan
yang membanggakan dan sukses. Terus, apa mau kita patahkan harapan mereka
dengan luka yang cemen itu? Luka yang menjadikan kita hanya butiran
debu. Apa yang mau dikenang dari hidup model gini.
Oke, cukup sekian cerita penyembuhan hatinya. Kita lanjutkan dengan
cerita penyembuhan yang lain. Satu hal yang harus diingat, semua orang boleh
meninggalkan kita, asal Allaah tidak. Ya Rabb, tanpa-Mu, hamba hanya
butiran debu. Ini baru bener, kalau cuma “kecoa” alias mantan, jangan sampe
bikin kita mati.
Aku nggak sedang ngomongin mantan, tapi kecoa, makhluk yang paling menakutkan
buat para wanita. Penampilannya kecil, dan yang aneh dari binatang satu ini
adalah dia bisa hidup dan berguling-guling di lantai meski tanpa kepala.
Yang paling nyebelin, saudara-saudara, binatang yang bernama kecoa ini
suka muncul tanpa diminta, bahkan saat kita lagi nyantai. Kemunculannya bisa
dipastikan bikin banyak wanita mengkeret, marah, dan nggak tahu musti ngapain.
Karena, si kecoa suka muncul dari arah tak terduga dan di tempat yang nggak
terpikirkan oleh kita. Ia muncul tanpa diundang dan pulang tanpa diantar.
Si kecoa juga bisa muncul dengan narsis dan nempel dimanapun dia suka.
Kalau kita usir, dia bisa-bisa malah terbang dan nempel di tubuh kita.
Satu-satunya cara ya digeprak sampe gepeng. Sadis sih, tapi mau gimana lagi?
Nah, mantan juga mirip kecoa. Ia kadang muncul saat hati kita sedang
tenang dan damai. Saat sudah nggak bersamanya, kenangan tentangnya kadang
tiba-tiba saja mengganggu. Sampe pusing rasanya kepala. Khawatir juga sih kalo
dia tiba-tiba muncul di depan kita. Iya kalau sendiri, nah kalo dia udah ada
gandengan lain, sementara kita masih sendiri? Gimana nggak pengen geprak tuh
mantan kayak kecoa tadi?
“Sadis lo!”
Emang sih, yang pernah hadir nggak bisa hilang dari otak, kecuali otak
kita diganti dengan otak yang baru. Tapi, itu nggak mungkin kan? Emang mau
belah tengkorak cuma buat buang serpihan kecoa yang udah mati? Yang bisa
diganti adalah hati. Kan, kata pak ustadz, Allah Maha Membolak-balikan Hati.
Jadi, minta aja biar hatinya dibalik. Nah, yang repot kalau si mantan juga
nempel di hati. “Gimana tuh?” ya, minta diganti dengan hati yang baru dong.
Kan, kata pak ustadz lagi, Allah itu pemilik semua hati. Minta ganti aja dengan
hati yang baru. Hati yang nggak ada kecoanya.
Hehehe, tulisan diatas bukan hasil dari pikiranku, ini aku kutip dari
buku “Perempuan Pencari Tuhan edisi-2” by Rindu Ade, disini aku cuma ngetik
ulang :p Semoga dapat diambil hikmahnya^^
To be continued ya….
0 komentar:
Posting Komentar