Sabtu, 01 Februari 2014

Kecoa Part II

Okeee, kawan.. ini lanjutan dari postingan sebelumnya tentang “kecoa”, enjoy!

Inget, luka itu bukan untuk dikenang, tapi untuk dijadiin pelajaran biar besok kita nggak jatuh hati lagi dengan hati yang sama. Anggap aja mantan itu tukang ledeng yang nomor hapenya nggak perlu kita ingat. Ngapain juga, kan? Anggap aja fesbuk dan twitternya milik tukang bajaj yang isinya nggak pengen banget kita lihat *untung, udah di-block-* masak dia narik bajaj aja kita musti mantengin TL-nya?

Nggak perlu takut sama mantan, takutlah sama kecoa yang bikin kita mengkeret setiap kali melihatnya, walau keduanya sama-sama menjijikan. Jadi, mulai sekarang, setiap kali lihat mantan, inget kecoa. “mau digeprak?” ya jangan, kasihan….


“Maaf ya, kamu emang nggak aku butuhkan lagi, karena setiap ingat kamu, aku inget kecoa. Jadi, mulai sekarang sudahlah. Yang lalu nggak akan jadi apa-apa buat hidup kita ke depan.” Bilang gitu aja ke dia. Emang sih, cara paling gampang melupakan mantan adalah dengan beribadah, beristighfar, rajin shalat jamaah di masjid, mengerjakan tahajjud, dan ingat, mencari pengganti hanya akan membuat kita patah untuk kedua kalinya. Percaya deh, Allah pemilik semua hati kita.

Jika Dia bisa memisahkan kita dengan orang yang tak kita sangka akan meninggalkan kita, jangan ragukan kemampuan-Nya menyatukan kita dengan orang yang tak kita sangka bisa kita miliki.


“Masalahnya, bagaimana membuat kita tenang, sementara “kecoa” berlarian di depan kita? Bagaimana kita bisa tenang menghadapi situasi itu? Bagaimana kita bisa menerima sakit hati sekaligus rindu agar kita bisa menjalaninya?” Ribet ya emang urusan hati.

Saat terjadi perpisahan, hampir bisa dipastiin akan terjadi guncangan di dalam hati. Seberapa besar guncangan itu tergantung seberapa besar cinta kita kepada sang mantan. Kalau baru pacaran sih gampang. Kalau sudah pernah saling bersentuhan pasti lebih sulit. Kalau sudah pernah berhubungan suami-istri (na’udzubillah) pasti jauh lebih sulit lagi, karena sudah terjadi ikatan sangat kuat, baik secara fisik maupun emosional. Semoga Allah menjaga kita dari semua yang ‘enak-enak’ ini. Aamiin..

Gini deh, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menyadari keberadaan kita yang hanya sementara di dunia ini, dan bahwa kehadiran Allah sangat penting untuk mengisi ruang di hati kita. Bagi muslim, zikir pagi dan petang akan mampu menenangkan. Terimalah rasa sakit itu. Rasa itu nggak akan pernah hilang sampai kapanpun, tapi kita bisa berdamai dengannya, sampai kita menemukan cinta sejati.

Kalau belum hilang juga rasa sakitnya, berdoa deh siang-malam kepada Allah. Mintalah hati yang baru. Bukankan Allah Maha Membolak-balikan hati? Minta aja diganti dengan hati yang baru, hati yang bersih, yang nggak ada kecoanya. Paksa diri untuk mencintai Allah dengan sepenuh hati, karena ketika Dia membalas cinta kita (dan ini pasti!) maka lewat makhluk-Nya yang terbaiklah Dia akan hadir mendampingi diri kita.

Bayangkan jika Allah yang mencintai kita, semua pasti dikasih. Jangan ragukan kemampuan Allah. Jika Dia bisa mengambil sesuatu yang kita pikir nggak akan meninggalkan kita maka Dia juga bisa memberikan sesuatu yang kita pikir nggak akan bisa kita miliki. Jangankan yang mirip kecoa, yang mirip Nicholas Saputra kalau perlu akan dikasih. Apa sih yang nggak buat kita?

Nah, sekarang, belajar aja dulu bagaimana mencintai Allah. Kesampingkan segala cinta yang hadir selain cinta kepada-Nya. Kita belajar dulu bagaimana mencintai Dia yang cinta-Nya bening namun nggak seperti air, lembut namun bukan angin, dan bercahaya tapi bukan api. Cinta yang kita nggak perlu memintanya untuk setia. Cinta yang nggak membuat kita mengurai air mata. I Love Allah


(Perempuan Pencari Tuhan edisi-2 by Rindu Ade)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Dream, Pray & Action! Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template