Okeee, kawan.. ini lanjutan dari postingan sebelumnya tentang “kecoa”,
enjoy!
Inget, luka itu bukan untuk dikenang, tapi untuk dijadiin pelajaran
biar besok kita nggak jatuh hati lagi dengan hati yang sama. Anggap aja mantan
itu tukang ledeng yang nomor hapenya nggak perlu kita ingat. Ngapain juga, kan?
Anggap aja fesbuk dan twitternya milik tukang bajaj yang isinya nggak pengen
banget kita lihat *untung, udah di-block-* masak dia narik bajaj aja
kita musti mantengin TL-nya?
Nggak perlu takut sama mantan, takutlah sama kecoa yang bikin kita mengkeret
setiap kali melihatnya, walau keduanya sama-sama menjijikan. Jadi, mulai
sekarang, setiap kali lihat mantan, inget kecoa. “mau digeprak?” ya jangan,
kasihan….
“Maaf ya, kamu emang nggak aku butuhkan lagi, karena setiap ingat
kamu, aku inget kecoa. Jadi, mulai sekarang sudahlah. Yang lalu nggak akan jadi
apa-apa buat hidup kita ke depan.” Bilang gitu aja ke dia. Emang sih, cara
paling gampang melupakan mantan adalah dengan beribadah, beristighfar, rajin
shalat jamaah di masjid, mengerjakan tahajjud, dan ingat, mencari pengganti
hanya akan membuat kita patah untuk kedua kalinya. Percaya deh, Allah pemilik
semua hati kita.
Jika Dia bisa memisahkan kita dengan orang yang tak kita sangka akan
meninggalkan kita, jangan ragukan kemampuan-Nya menyatukan kita dengan orang
yang tak kita sangka bisa kita miliki.
“Masalahnya, bagaimana membuat kita tenang, sementara “kecoa”
berlarian di depan kita? Bagaimana kita bisa tenang menghadapi situasi itu?
Bagaimana kita bisa menerima sakit hati sekaligus rindu agar kita bisa
menjalaninya?” Ribet ya emang urusan hati.
Saat terjadi perpisahan, hampir bisa dipastiin akan terjadi guncangan
di dalam hati. Seberapa besar guncangan itu tergantung seberapa besar cinta
kita kepada sang mantan. Kalau baru pacaran sih gampang. Kalau sudah pernah
saling bersentuhan pasti lebih sulit. Kalau sudah pernah berhubungan
suami-istri (na’udzubillah) pasti jauh lebih sulit lagi, karena sudah
terjadi ikatan sangat kuat, baik secara fisik maupun emosional. Semoga Allah
menjaga kita dari semua yang ‘enak-enak’ ini. Aamiin..
Gini deh, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menyadari
keberadaan kita yang hanya sementara di dunia ini, dan bahwa kehadiran Allah
sangat penting untuk mengisi ruang di hati kita. Bagi muslim, zikir pagi dan
petang akan mampu menenangkan. Terimalah rasa sakit itu. Rasa itu nggak akan
pernah hilang sampai kapanpun, tapi kita bisa berdamai dengannya, sampai kita
menemukan cinta sejati.
Kalau belum hilang juga rasa sakitnya, berdoa deh siang-malam kepada
Allah. Mintalah hati yang baru. Bukankan Allah Maha Membolak-balikan hati?
Minta aja diganti dengan hati yang baru, hati yang bersih, yang nggak ada
kecoanya. Paksa diri untuk mencintai Allah dengan sepenuh hati, karena ketika
Dia membalas cinta kita (dan ini pasti!) maka lewat makhluk-Nya yang terbaiklah Dia
akan hadir mendampingi diri kita.
Bayangkan jika Allah yang mencintai kita, semua pasti dikasih. Jangan
ragukan kemampuan Allah. Jika Dia bisa mengambil sesuatu yang kita pikir nggak
akan meninggalkan kita maka Dia juga bisa memberikan sesuatu yang kita pikir
nggak akan bisa kita miliki. Jangankan yang mirip kecoa, yang mirip Nicholas
Saputra kalau perlu akan dikasih. Apa sih yang nggak buat kita?
Nah, sekarang, belajar aja dulu bagaimana mencintai Allah.
Kesampingkan segala cinta yang hadir selain cinta kepada-Nya. Kita belajar dulu
bagaimana mencintai Dia yang cinta-Nya bening namun nggak seperti air, lembut
namun bukan angin, dan bercahaya tapi bukan api. Cinta yang kita nggak perlu
memintanya untuk setia. Cinta yang nggak membuat kita mengurai air mata. I
Love Allah
(Perempuan Pencari Tuhan edisi-2 by Rindu Ade)
0 komentar:
Posting Komentar